Sabtu, 20 September 2008

Pesona Alam Candi Cetho

Karanganyar, merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jawa tengah yang kaya akan sumber daya alam. Karanganyar memprioritaskan 3 sektor penting dalam bidang ekonomi, yaitu industri, pertanian dan pariwisata (INTANPARI). Dalam bidang pariwisata kabupaten karanganyar menawarkan banyak pilihan tempat wisata untuk dikunjungi. Diantaranya Grojogan Sewu, Candi Sukuh, Candi Cetho, Astana Giribangun, Grojogan Jumog, Grojogan Parang Ijo dan Agrowisata Sondokoro.


Salah satu tempat yang sangat menarik adalah Candi Cetho. Candi ini terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Candi Cetho yang berada di sekitar ketinggian 1500 dpl ini termasuk dalam kategori Candi Hindu. Objek wisata tersebut sangat menarik dan pantas untuk dikunjungi. Suasana dingin, sejuk, sepi, jauh dari hiruk pikuknya kota adalah suasana yang bisa didapatkan jika kita mengunjungi tempat tersebut. Objek wisata ini cocok, jika kita ingin melepaskan diri dari kepenatan aktivitas sehari-hari yang penuh dengan kesan ramai.


Candi Cetho terhampar tepat di perbatasan hutan heterogen lereng Lawu yang asri dan berhawa nyaman.
Dari sebidang ketinggian, tempat candi peninggalan umat Hindu terakhir di Jawa itu, kita bisa menyaksikan dataran rendah yang terhampar di arah utara (Kota Sragen), sarat (Kota Solo) dan selatan (Sukoharjo danWonogiri) sekaligus. Keleluasaan pandang tanpa hambatan itu membuat Cetho disukai sebagai tempat orang mendirikan menara antena pancar ulang radio. Di Cetho, selain bisa menikmati wisata religi dan budaya dari candi Cetho, kita bisa menikmati hamparan kebun teh yang terdapat di kecamatan Ngargoyoso dan Jenawi di pinggir jalan utama Karanganyar-Sragen via Cetho. Kebun teh ini sangat mentakjubkan yang dilatar belakangi oleh Gunung Lawu. Aktivitas pemetik teh pada pagi hari membawa para pengunjung pada suasana alami pegunungan. Bahkan, kita bisa mengikuti aktivitas pemetik teh di pagi hari. Di area parkir yang terletak di pinggir jalan juga disediakan rest area sehingga para pengunjung dapat menikmati keindahan panorama kebun teh.


Pengunjung juga dapat melihat proses pembuatan teh di pabrik teh PT Rumpun Kemuning.
Menurut sejarah, Candi Cetho dibangun pada abad XV oleh Raden Brawijaya V, sebelum beliau moksa di puncak Lawu. Candi berundak yang menghadap ke barat, menjadi simbol berakhirnya Kerajaan Majapahit. Candi ini terdiri dari 13 teras berundak yang tersusun dari barat ke timur. Gapura candi yang tinggi menjulang, merupakan ciri khas candi ini. Di beberapa teras terdapat pendapa dan bangunan kayu tempat arca Brawijaya V dan pengawalnya serta sebuah arca lingga.


Di sebelah timur kompleks candi terdapat sebuah meru yang di dalamnya menyimpan sebuah lingga sebagai simbol jenis kelamin laki-laki dan yoni sebagai simbol kelamin perempuan. Perlu diketahui, di atas candi Cetho ada candi lagi yaitu candi Kethek. Di timur candi, terdapat Puri Taman Saraswati. Taman ini merupakan tempat sembahyang bagi umat Hindu kepada Sang Hyang Aji Saraswati. Patung Dewi Saraswati adalah pemberian dari bupati Gianyar A.A Gde Agung Barata untuk bupati Karanganyar Rina Iriani sebagai bentuk kerjasama dan ikatan persaudaraan antara masyarakat Hindu Bali dan Hindu jawa. Di kawasan taman, setiap peringatan Hari Saraswati yang diadakan setiap 210 hari selalu digelar kesenian tradisional Jawa dan Bali. Retribusi karcis sebesar Rp 3.000 untuk wisatawan nusantara sedangkan untuk wisatawan mancanegara sebesar Rp 10.000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar